74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Petani Pengadegan Resah Hama Keong Emas

Wangon, Banyumas-Para petani di wilayah Wangon Banyumas belakangan mulai resah, hal ini karena makin merajalelanya hama keong emas yang menyerang tanaman padi mereka. Walaupun hujan menjadi berkah tersendiri bagi petani namun Keong Emas ternyata berkembang biak sangat cepat dan menyebar hampir di persawahan Wangon. Ini terlihat dari banyaknya keong emas yang di buang petani di jalan raya yang melintasi sawah. Seperti di desa Pengadegan Wangon.

Para petani di Desa tersebut kini di buat resah karena hampir di setiap sudut sawah terdapat keong emas yang menjadi hama. Keong tersebut selalu merusak dan memakan benih padi yang baru saja di tanam. Menurut Petani Pengadegan bernama Hadiarso (66 tahun) saat di temui di di areal persawahan mengatakan sangat prihatin dan membuat sedih. Pasalnya saat hendak di Tanami padi, sawahnya terlebih dahulu harus di bebaskan dari keong.

“Sebelum di Tanami, keong harus di punguti satu persatu sehingga cukup memakan waktu dan biaya, karena selain di punguti juga harus di sebar obat pembasmi keong. “Katanya. Di jelaskan pula oleh Hadiarso untuk membeli obat pembasmi keong adalah 10rb/kg, sedangkan satu bahu membutuh kurang lebih 50kg artinya sawah sebanyak 1 bahu tersebut di butuhkan uang sebanyak 500 ribu, belum biaya tambahan petani pekerja yang memunguti keongnya. “Jadi biaya untuk tanam saja sudah membengkak mas.”Tambahnya.

Dari pantauan terlihat memang banyak karung karung berisi keong emas yang di kumpulkan oleh para petani. Sedangkan yang di air pun masih banyak.

Sementara itu Kepala Balai penyuluh Pertanian Wangon, Utoyo ketika di hubungi di tempat kerjanya mengungkapkan bahwa hama keong memang merupakan hama tahunan yang selalu muncul dan memang harus sabar. Namun Utoyo menjelaskan guna mengatasinya petani memang musti mempunyai jalan lain bila menggunakan obat pembasmi menjadi masalah tambahan biaya.

“ Walau itu di anggap hama, tapi keong emas dapat pula di manfaatkan sebagai pakan ternak seperti bebek atau ikan, tetap ada jalan keluar, dan memang dibutuhkan kejelian para petani untuk mengendalikan kondisi tersebut.” Pungkasnya.(*)

close
close