74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

"Saktinya" Peci Bung Karno

Amsterdam - PECI diserap dari bahasa Belanda PETJE atau juga lebih dikenal dengan nama KOPIAH yang diadopsi dari bahasa Arab KUFIYA.

Tidak bisa dipungkiri yang memperkenalkan dan mempromosikan Peci sehingga menjadi ikon Indonesia ke seluruh dunia dalalah Presiden RI pertama Soekarno. Mao Zedong maupun Fidel Castro juga sering pakai topi, tapi sering dilepas. Beda dengan Soekarno kapan saja dan dimana saja beliau selalau pakai Peci. Maka dari itu hampir tidak ada foto Soekarno tanpa Peci!

Peci itu sudah merekat menjadi satu dengan penampilan beliau sama seperti juga Kumis dari Charlie Chaplin. Bahkan bagi Soekarno, peci ini juga melambangkan Kekuasaan beliau. Masyarakat baru bisa melihat wajah asli beliau tanpa peci, menjelang akhir hayatnya. Dimana beliau sudah mulai sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan lagi.

Ketika masa mudanya beliau, tidak pakai peci melainkan Blangkon. Ia melepaskan blangkon dan mengganti dengan peci untuk melepaskan kepriyayiannya dan juga lambang JAWANISASI. Maklum bangsa Indonesia bukan hanya terdiri dari pulau Jawa saja. Oleh sebab itulah beliau memilih Peci yang bersifat lebih netral untuk dijadikan ikon bangsa.

Bisa dipastikan bahwa beliau pakai peci bukan hanya sekedar untuk menutupi bekas luka di jidatnya akibat jatuh dari pohon beringin ataupun untuk menutupi kerontokan dari rambutnya. Harus diakui apabila beliau pakai peci.Beliau kelihatan jauh lebih berwibawa dan juga lebih guaa..teng. Jadi peci itu bagi beliau Pas Margopas githu!

Soekarno mulai pakai peci sejak ia berusia 20 tahun. Pada saat beliau harus tampil di rapat Jong Java  pada bulan Juni 1921. Beliau mendeklarasikan Peci sebagai "ciri khas saya dan lambang nasionalisme kami" dalam pledoinya INDONESIA MENGGUGAT di Pengadilan Landraat Bandoeng, 18 Agustus 1930.

Jadi jelas Peci itu bukanlah milik ras ataupun agama tertentu, melainkan milik ciri nasional bangsa Indonesia. Ahok pakai peci hanya sebagai Gubernur DKI yang mewakili rakyat Betawi. Jadi wajarlah apabila beliau ingin memakai pakaian ala Betawi lengkap dengan peci.

Umat Muslim dianjurkan agar memakai penutup kepala untuk menyempurnakan ibadah shalat. Hal ini diriwayatkan dalam sebuah hadis dari buku Abu Dawud dan Tirmidzi bahwa Rasullah bersabda: "Perbedaan antara kami dengan kamu muzyrik adalah SORBAN'  jadi bukannya khusus PECI. Oleh sebab itulah juga banyak umat Muslim yang menggunakan sorban sebagai penutup peci yang dinamakan IMAMAH seperti yang dipakai oleh AA Gym. Hal inilah mendorong umat untuk pakai Peci pada waktu Sholat Jumat.

Saya sendiri sering turut kebaktian di Gereja terutama di Jawa Tengah. Disitu banyak umat yang memakai peci datang hadir ke Gereja. Namun tidak pernah melihat Pastor atau Pendeta pakai peci???

Harus diakui pula, bahwa kebanyakan yang pakai peci adalah umat Muslim. Hampir semua santri di Pesantren pakai peci. Kebalikannya pejabat mana yang sering pakai Peci? Bung Hatta sendiri jarang pakai peci. Gus Dur mantan Presiden RI 3 sering pakai peci!

Maka tidaklah heran, pada hari Lahir ke-9 Wahid Insitute pada kamis (26/9/2013)  di akhir acara ibu Sinta Nuriyah menyematkan hadiah Peci kepada pak Jowowi. Sebagai amanat untuk melanjutkan misi dari Gus Dur yang selalu mewakili rakyat kecil. Aneh bin nyata 6 bulan kemudian pak Jokowi mencalonkan diri untuk menjadi capres. Apakah ini kebenaran???

Kami dari kaum etnis Tionghoa berrhasrat untuk bisa dikaui dan disamakan seperti etnis lain di seluruh Indonesia.Tapi tanyalah sama diri sendiri apakah anda pernah mau pakai peci? Adakah tokoh Tionghoa yang mau pakai Peci, terkecuali Ahok dan Haji Mas Agung. Harus dikaui bahwa banyak orang Tionghoa merasa risih pakai peci, karena terkesan seakan-akan mengada-ngada. Tokoh Tionghoa baru mau pakai peci pada saat pelantikan jadi Menteri atau diangkat jadi Pejabat Tinggi!

Soekarno mencanangkan Peci sebagai lambang nasional. Peci berlaku bagi SUKU MANAPUN, BANGSA APAPUN, AGAMA APAPUN DAN DIMANA PUN !Namun tanyalah apakah kita selalu pakai peci pada hari Nasional? Ke pesta pernikahan sekarang sudah banyak orang meninggalkan budaya barat pakai Jas diganti dengan pakai batik. Namun berapa gelintir tamu yang bersedia dan mau datang pakai Peci? 

Lihat saja para anggota DPR siapa yang hadir pakai peci? Mungkin takut dinilai sebagai n'Deso alias Kampungan? Takut dinilai sebagai SI UNYIL! Beda dengan Soekarno pakai Peci untuk melambangkan bahwa ia mewakili kaum kecil - Marhaen atau kaum miskin dan kaum Proletar. Bagaimana dengan ibu Mega apakah beliau juga mewakili wong cilik???

Begitu juga berapa banyak tamu yang hadir di hotel berbintang bersedia pakai peci? Yang banyak pakai peci hanya ada di warung kaki lima atau tempat kumpul abang becak. Sedangkan para koruptor baru bersedia dan mau pakai Peci pada saat mereka disidang di pengadilan, agar bisa dinilai sebagai santri. Dan tanyalah sama diri sendiri apakah anda bersedia datang ke Dugem atau ke Bar pakai Peci?

Bagaimana dengan mang Ucup sendiri? Sejak saya berangkat meninggalkan Indonesia ke Jerman, selain baju batik saya bawa Peci. Namun baru dipakai hanya pada saat mau tampil dalam acara yang kebudayaan saja. Untuk menonjolkan diri sebagai wong Indonesia. Saya janji apabila pada suatus saat saya diangkat jadi Pejabat, swee..er saya akan pakai peci siang malam!

Pernahkah anda melihat rekan di FB yang selfie pakai peci? Yuuu..uk kita budayakan pemakaian peci sebagai lambang nasional bangsa Indonesia. Foto selfie anda pakai Peci saya tunggu. Kenapa tidak ada hari PECI NASIONAL, seperti hari Kartini dimana banyak yang pakai pakaian tradisional? (ck/kabarindonesia/budaya)