74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

Kiprah Koperasi Dan UMKM Di Kabupaten Banyumas di Masa Pandemi Covid 19


Juguran Pers dan Mitra Kerja Bersama Dinnakerkop UKM Kabupaten Banyumas

Purwokerto - Pandemi covid 19 berdampak pada seluruh sektor kehidupan terlebih kegiatan perekonomian seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan Koperasi juga merasakan imbasnya. 

Hal itu dikatakan oleh Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kabupaten Banyumas Arsyad Dalimunte dalam juguran Pers dan Mitra Bersama Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM (Dinnakerkop UKM) Kabupaten Banyumas di aula kantor Dinnakerkop UKM, Pabuaran, Purwokerto, Rabu (19/8/2020). 

Menurut Arsyad, pengelolaan koperasi semakin berat di masa depan. 

"Keadaan seperti sekarang, lembaga UMKM dan koperasi menjadi sangat seksi dan menarik,"ungkapnya.

Karena itu, kata Arsyad, konsen pemerintah fokus pada Koperasi dan UMKM yang didalamnya ada unsur pemberdayaan.

Di saat pandemi covid 19, lanjut Arsyad, koperasi dan UMKM tidak sedih sendiri, tapi memang semua sektor kehidupan kena dampak. 

"Saat ini, Koperasi dan UMKM tidak sedih sendiri, tapi ya mumet berjamaah," tandasnya. 
Ketua Dekopinda Banyumas Arsyad Dalimunte Dengan Komunitas Pers dan Mitra Kerja

UMKM, kata Arsyad masih memiliki persoalan pemasaran dari dulu sebelum pandemi. 

"Persoalan menahun, pemasaran produk itu tidak sulit, tapi supaya konsumen mau, itu yang jadi tantangan," katanya. 

Di masa seperti sekarang, kata Arsyad, bagaimana menyatukan sumber daya melalui Koperasi. 

"Saat ini prinsipnya menyatukan sumberdaya, melalui kesadaran bersama sebelum dan sesudah koperasi,"pungkasnya.

Persoalan Koperasi hingga sekarang, kata Arsyad, belum terbangunnya koneksitas di sektor riil. 

"Sedangkan di sektor moneter sudah mulai terkoneksi,"ungkapnya.

Dia juga memberi contoh KUD yang memproduksi beras dan memiliki koneksi dengan seluruh jaringan toko, apakah lebih menguntungkan? 

"Nah konektivitas harus diterjemahkan dalam aksi produktif,"tandasnya.

Kemudian UMKM itu, kata Arsyad, harus masuk ke jaringan pasar modern, melalui standarisasi produk. 

"Kekuatan modal apakah akan menekan banyak orang atau mensejahterakan banyak orang, disini negara harus hadir. Misal hukuman atau penalty ketika target tidak tercapai,"katanya.

Dia memberi contoh di lima tahun pertama, KOPKUN tidak ada gaji bagi pengurus. Namun fokus membangun sampai mapan. 

"Contoh kedua Bursa kampus, perjuangannya adalah mencapai established. Jangan sampai kehabisan energi, "tuturnya.

Sementara itu, Kadinnakerkop UKM Banyumas Joko Wiyono mengatakan, untuk mengatasi persoalan pemasaran produk UMKM, pihaknya akan membentuk tim monitoring. 

"Kita akan bentuk tim monitoring agar produk UMKM bisa diberi ruang di toko modern,"katanya.

Sedangkan adanya Koperasi yang kurang sehat, lanjut Joko Wiyono, perlu ada koperasi cangkokisasi. 

"Misal ada yang kurang sehat maka perlu dilakukan supporting untuk lebih sehat,"ujarnya.

Selain itu, lanjut Joko Wiyono, agar produk UMKM Banyumas bisa lebih memasyarakat, pihaknya juga akan bekerjasama dengan Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Banyumas. 

"Kerjasama dengan PHRI akan ditingkatkan untuk pameran produk UMKM di hotel-hotel," ujarnya. 

Sedangkan Kabid Koperasi Dinnakerkop UKM Banyumas Suntoro menjelaskan, saat ini jumlah Koperasi di Banyumas ada 536 koperasi dan 50 persennya bergerak di sektor simpan pinjam. 

"Covid 19 berdampak luar biasa, akibatnya ada juga yang gagal bayar ke anggota," terangnya. 

Tahun 2020 saja, kata Suntoro, yang terdampak covid di sektor riil, ada beberapa. Bahkan koperasi di RS Margono yang sehat misal, omsetnya menurun 70 persen. 

"Penurunan pendapatan dari parkir hingga 70 persen," ungkapnya. 

Tapi, lanjut Suntoro, ada juga koperasi yang nilai omsetnya malah naik yaitu Koperasi Gula Nika Satria. 

"Koperasi gula nika satria produk penjualannya naik dari 60 ton menjadi 80 ton per bulan," pungkasnya. 

Persoalan lain yang dihadapi di masa pandemi covid 19, kata Suntoro, yaitu hampir semua Perbankan masih menutup diri terkait pembiayaan untuk koperasi. 

Bahkan, tambah Suntoro, ada koperasi yang tutup sejak Mei dan Juni karena sektor usaha sedang lesu.

"Pelayanan simpan pinjam di koperasi terhenti setelah ada relaksasi. Dan berdampak pada pengambilan kebijakan yang kurang tepat,"imbuhnya.(Rama)

0

Posting Komentar