74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark

SMAN 4 Purwokerto Gelar Edukasi dan Sosialisasi Penyakit Thalasemia

SMAN 4 Purwokerto Gelar Edukasi dan Sosialisasi Penyakit Thalasemia 


PURWOKERTO : Minimnya pengetahuan terhadap penyakit thalasemia SMA Negeri 4 Purwokerto menggelar edukasi dan sosialisasi penyakit thalasemia bagi siswanya Selasa (3/9/2019) di aula sekolah. Meski thalasemia bukanlah penyakit menular, tapi penderita penyakit turunan (genetic) itu harus diminimalisir mengingat penderita thalasemia harus melakukan transfusi darah seumur hidup setiap bulan.

Kepala SMA Negeri 4 Purwokerto Arif Priadi mengatakan penyakit thalasemia tidak boleh dianggap enteng, mengingat di Banyumas ada sekitar 8 persen orang yang merupakan carier thalasemia bahkan itu hanya yang terlihat dipermukaan. Maka dengan sosialisasi ini diharapkan anak didiknya dapat memahami termasuk nantinya dalam memilih pasangan.

“Tidak boleh asal mencintai, tetapi termasuk harus memilih pasangan yang sehat agar mempunyai anak yang sehat. Karena pasangan yang menderita thalasemia dipastikan akan thalasemia juga,” katanya.

Menurut Arif Priadi thalasemia menduduki urutan ke 4 penyakit yang mengklaim asuransi di BPJS kesehatan. Pada kesempatan ini pihak sekolah mengahdirkan narasumber dari Yayasan Thalsemia Banyumas yaitu Drs H Abdul Aziz, M.Pd dan Dinar Faiza, SS, MA.

Abdul Aziz mengatakan, penyebaran penyakit thalasemia hanya bisa dilakukan dengan mencegah pemilik gen carier thalasemia sebaiknya tidak menikah dengan sesama pembawa sifat penyakit (carier). Karena perkawinan dua pembawa sifat penyakit ini bisa memungkinkan terlahir anak dengan thalasemia Mayor (thalasemia berat).

“Kelahiran penderita thalasemia dapat dicegah dengan cara melakukan screening pra nikah. Sehingga dapat diketahui apakah pasangan carier thalasemia atau tidak. Dan semua Puskesmas Di Banyumas sudah bisa mendeteksi ini,” jelasnya

Menurutnya penyakit ini merupakan fenomena gunung es yang terlihat sehat di permukaan. Di Banyumas kesadaran masyarakat melakukan upaya pencegahan masih kurang akibat minimnya edukasi dan sosialisasi dari dinas terkait dan pemerintah.

Sementara itu Dinar Faiza yang merupakan penderita thalasemia mengaku sepanjang hayatnya selama kurang lebih 29 tahun terus menerus melakukan transfusi darah.

"Thalasemia belum bisa disembuhkan atau belum ada obatnya. Penderita thalasemia membutuhkan transfusi darah seumur hidup setiap bulan," ujarnya.

parsito
0

Posting Komentar