74HssqAmpAieSQYdpeY0UHJ3eJx0ro2Bjc2BCzNj
Bookmark
"/>

Kader PKK Banyumas Diajak Aktif Pencegahan dan Penanggulangan Stunting


Istri Bupati Banyumas Erna Husein


Purwokerto, Meski wilayah Purwokerto dan Banyumas sudah termasuk wilayah yang maju dari segi perekonomiannya, namun pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas masih menemukan sejumlah anak yang mengalami kasus stunting atau biasa dikenal dengan istilah anak menderita gizi buruk. 

Berdasarkan  Data Dinkes Kabupaten Banyumas pada tahun 2019, ditemukan kasus stunting di Kabupaten itu mencapai 16.581 kasus dan khusus di Kota Purwokerto terdapat 1.042 kasus stunting.

Mengingat kasus stunting merata di Kabupaten Bayumas, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Banyumas, Ibu Erna Husein mengajak semua kader PKK untuk ikut terlibat secara aktif dan sistematis dalam pencegahan dan penanggulangan stunting. 

Dengan  cara demikian diharapkan mampu menekan tingginya prevalensi stunting yang ada. 


"Kami saat ini membekali kader PKK Kecamatan dan  Desa, agar semua kader PKK ikut terlibat aktif, sistematis, dan berkesinambungan dalam pencegahan dan penanggulang stunting yang ada di Banyumas," ungkap Erna Husein, Kamis (07/08/2020).

Melalui upaya yang terus menerus dilakukan oleh PKK, kata Erna, diharapkan tingginya angka stunting dapat diturunkan di wilayahnya. 

Hal itu sesuai visi dan misi TP PKK melaui pemberdayaan keluarga, untuk memberikan kontribusi terhadap pencegahan stunting.

"Upaya TP PKK yang bisa dilakukan untuk bmencegah stunting atau kuntet, yakni dengan meningkatkan jumlah dan kualitas sosialisasi para kader dasa wisma kepada keluarga di wilayah kerjanya, agar ilmunya tersampaikan kepada ibu-ibu dasa wisma," katanya.

Pelatihan  secara bertahap dengan protokol Kesehatan, lanjut Erna, sehingga dilakukan sampai 14 kali pertemuan bagi 738 pengurus dan kader PKK Kecamatan dan Desa Kelurahan sampai tanggal 10 Agustus mendatang. 

Erna menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak lebih pendek dari usianya. 

"Kekurangan gizi tersebut terjadi sejak bayi berada dalam kandungan, sehingga memberikan dampak anak menjadi lebih mudah sakit, kemampuan kognitif kurang, dan bahkan dalam jangka panjang bisa menimbulkan kerugian ekonomi," terangnya.

Untuk memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1.000 hari pertama kehidupan bayi, di antaranya mendorong perbaikan pola asuh oleh keluarga melalui kegiatan pokja I dan II PKK. 

Selain itu, pengaturan pola makan anak oleh orang tua, melalui kegiatan pokja II dan III, pembiasaan budaya hidup bersih dan sehat di rumah melalui kegiatan pokja IV.

Kemudian peran PKK selanjutnya, kata Erna yaitu memberikan pembinaan dan pemantauan terhadap pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan stunting. 

"Saya ingin mengajak semua segera bergerak dan bersinergi bersama pemangku kepentingan yang ada di wilayah kerja masing-masing, agar semua masyarakat berkomitmen dalam memfasilitasi, dan menggerakkan keluarga untuk memperbaiki pola asuh anak dan pola makan guna memenuhi asupan gizi yang baik bagi anak," tandasnya. 

Dia juga berharap, pola hidup yang sehat menjadi budaya dan harus dimulai dari kesadaran diri sendiri. Sehingga, akan membantu percepatan penurunan stunting, serta membantu percepatan peningkatan pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) di Banyumas.

"Dalam menanggulangi stunting secara signifikan ini dibutuhkan kerjasama dan harmonisasi seluruh komponen yang ada di daerah, dalam mendukung program pemerintah agar bisa ditingkatkan, jika kita bergotong royong, Insyaalah lebih cepat dalam menangani kasus stunting,” pungkasnya.(Rama) 
Posting Komentar

Posting Komentar

close
close